Poligami (illustrasi) |
Dengan kata lain, perilaku perkawinan manusia dulunya dibangun oleh, dan untuk, sebuah dunia yang mana perjuangan untuk poligini seringkali menguntungkan secara reproduktif. Itulah kenapa orang-orang yang hidup dalam masyarakat modern tampaknya cenderung ke arah poligini, meskipun dalam kultur-kultur yang telah berusaha untuk menghapuskannya.
Poin terakhir mengangkat sebuah pertanyaan kunci: Kenapa banyak kultur yang berusaha untuk menghapusnya? jika lingkungan nenek moyang kita dulu sangat poligini, kenapa "Secara sosial memaksakan" monogami-larangan moral dan legal kepada poligini-sangat lumrah dalam masyarakat modern? atau lebih akurat lagi kenapa penolakan terhadap poligini lebih umum di dunia barat? (Poligini masih tetap legal dan umum dalam masyarakat non-barat, terutama Afrika dan negara-negara Islam).
Penyebaran monogami dibarat terkait dengan pengaruh kekristenan, tapi pengaruh tersebut tidak seperti yang anda pikirkan. Kekristenan mainstream selalu menyokong dan memaksakan monogami, dan seiring kristen menyebar ke seluruh Eropa pada abad-abad setelah jatuhnya Roma, monogami juga ikut tersebar bersamanya.
Akan tetapi, pengutukan atas poligini tidak segampang yang para pemimpin gereja anti-poligi pikirkan, karena tidak ada ayat-ayat alkitab yang secara eksplisit melarang pernikahan plural. Dan memang, para pemimpin dari sekte-sekte Kristen poligini yang memisahkan diri, seperti German Anabaptists abad ke-16 dan American Mormons abad ke-19, selalu menekankan bahwa beberapa tokoh utama dari Perjanjian Lama adalah poliginis. Abraham (Ibrahim AS) contohnya, memiliki dua istri sekaligus, dan Solomon (Sulaiman AS) memiliki 700 istri (dan 300 selir).
Akan tetapi pengkaitan Kekristenan dengan awal mula penolakan poligini perlahan melemah, seiring dengan ditemukannya fakta bahwa pemaksaan monogami secara sosial pertama kali terjadi pada masa Yunani kuno dan Roma, berabad-abad sebelum ada kekristenan. Hukum Yunani-Roma melarang pria manapun untuk memiliki beberapa istri dalam sekali waktu.
Namun, secara de-facto bentuk poligini seperti selir dan berhubungan seks dengan budak tetap ditoleransi dalam masyarakat tersebut. Kendatipun begitu hukum anti-poligini membuat masyarakat Yunani-Roma relatif egaliter secara seksual, karena dengan mencegah para pria dari kaum elit secara legal memperoleh beberapa istri, mereka meningkatkan kemampuan para pria dengan status sosial rendah memperoleh istri.
Sehingga pada saat agama Kristen mulai menyebar melalui Kekaisaran Romawi di abad pertama Masehi, monogami sudah memiliki kedudukan yang kuat. Akan tetapi meskipun kristen tidak memperkenalkan pemaksaan monogami secara sosial kepada dunia barat, ia secara penuh mendukung ide ini, Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dukungan penuh terhadap monogami ini yang pada akhirnya menyebabkan penyebaran monogami di seluruh dunia Barat.
Bagimana cara penyebaran monogami? tidak ada kesepakatan mengenai hal ini, namun jawaban yang paling masuk akal adalah dikarenakan secara sejarah, kelompok pro-monogami secara militer diuntungkan.
Para pemimpin Yunani-Roma dan Eropa Kuno yang menganut hukum anti-poligini berinvestasi habis-habisan pada bisnis perang, status sosial dan kehidupan mereka benar-benar bergantung pada kemampuan untuk memelihara tentara berjumlah besar dan didanai dengan baik. Dan pemaksaan monogami menghasilkan tentara dengan jumlah besar dan lebih baik, karena kelompok monogami dapat berkembang lebih besar daripada kelompok poligini.
Bagaimana mungkin kelompok monogami berkembang lebih besar? karena para pria menginginkan istri, dan jika anda membutuhkan banyak pria untuk tim anda, anda harus menawarkan mereka sesuatu yang mereka inginkan.
Dikelompok monogami, para pria dengan status yang tinggi tidak bisa memiliki wanita sebanyak yang mereka mau. semakin rata wanita yang terdistribusi di kelompok monogami semakin banyak pria yang bisa memiliki istri, dan semakin sedikit pria yang pergi untuk mencari istri ke tempat lain. semakin besar suatu kelompok, maka semakin banyak pria yang bisa ikut berperang dan membayar pajak untuk membiayai perang.
Monogami yang dipaksakan secara sosial, oleh sebab itu, muncul di dunia barat sebagai pengaturan timbal balik dimana para elit memperbolehkan pria dengan status sosial yang rendah untuk menikah dalam pertukaran untuk pengabdian militer dan kontribusi pajak.
Setelah monogami sosial yang dipaksakan memiliki kedudukan yang kuat, masyarakat barat menjadi terbiasa dan banyak yang memandang ini sebagai perkawinan manusia yang wajar, dan memandang praktik poligini yang dulu universal sebagai sesuatu yang asing dan aneh. Sebagaimana yang ditulis oleh Laura Betzig,
"Masyarakat modern, mereka yang tumbuh dari Kristen abad pertengahan sangat monogami. Mereka terlihat, faktanya, secara konsisten monogami yang membuat apa yang dulunya sebuah kaidah sekarang terlihat seperti sebuah pengecualian yang eksotis."