|
Susu botol |
Kampanye New York menentang susu buatan menjadi pelajaran bagi kita untuk melirik sejarah produk yang meragukan ini. Kemarahan mulai terjadi pada 1970-an, ketika Nestlé dituding mengakibatkan kaum Ibu di negara miskin "ketergantungan" susu buatan yang kurang sehat dan lebih mahal.
Tuduhan yang menyebabkan terjadinya sidang di Senat dan WHO menghasilkan sekumpulan aturan pemasaran yang baru, namun bagaimanapun susu buatan saat ini adalah bisnis yang masih menjangkau $11,5 milliar dan terus berkembang.
Penyingkapan tabir susu buatan untuk bayi pada tahun 1974
Beberapa kelompok sosial mulai mendorong keluar permasalahan ini hingga menjadi sorotan publik di awal 1970, The New Internationalist menerbitkan sebuah uraian tentang praktik pemasaran Nestlé pada tahun 1973 berjudul "Bayi Berarti Bisnis", yang menggambarkan bagaimana perusahaan menjadikan para ibu di negara miskin "kecanduan" susu non-ASI. Tapi yang benar-benar menelanjangi industri adalah sebuah booklet yang dipublikasikan oleh organisasi War on Want london pada tahun 1974.
Nestlé dituding biang kerok "ketergantungan" para ibu di negara miskin
Tidak perduli para perempuan hidup dalam kemelaratan dan berjuang untuk bertahan hidup. Di kota-kota miskin di Asia, Afrika dan Amerika Latin, "bayi sekarat karena ibu mereka memberikan susu buatan dengan susu bayi gaya barat" dugaan War on Want.
Menurut New Internationalist, Nestlé menggapai ini dengan tiga cara:
- Menciptakan kebutuhan yang tidak pernah ada.
- Meyakinkan konsumen produk yang sangat diperlukan.
- Menghubungkan produk dengan konsep keinginan dan keterjangkauan lalu memberikan sampel.
Sementara, riset saat itu menunjukan ASI lebih sehat.
"Pada saat yang bersamaan, publikasi manfaat ASI sedang menuju titik cerah," ujar Paige Harrigan penasihat gizi senior Save the Children, menjelaskan. Vitamin A mencegah kebutaan dan menurunkan risiko anak dari kematian akibat penyakit yang umum, sementara Zinc mungkin mencegah diare. Menurut State of The World Report dari organisasi yang menaungi Page Harrigan, Enam bulan ASI eksklusif dikatakan dapat meningkatkan kesempatan anak untuk bertahan hidup hingga enam kali lipat.
Namun, wanita di negara miskin mendambakan Westernisasi
Para wanita miskin yang menginginkan perubahaan dari gaya hidup pedesaan menjadi kekotaan, mendesak mereka untuk melalaikan menyusui bayinya dan pada akhirnya menjadi sasaran utama untuk pemasaran, kata War on Want:
"Sebagai posisi sosial dari perubahan wanita dan mereka pergi keluar untuk mencari nafkah ... melihat payudara sebagai simbol perias sex daripada sumber makanan turut memperparah tren."
Para ibu muda di mana-mana menerima materi promosi
Selain membagi-bagikan pamflet dan sampel untuk ibu-ibu muda, perusahaan mempekerjakan "Sales girl berseragam perawat (kadang-kadang berkualitas, kadang tidak)" untuk mampir rumah mereka tanpa pemberitahuan dan menawarkan susu bayi, kata War on Want.
Kesaksian seorang ibu mengenai para "Perawat":
"Perawat mulai dengan mengatakan ... ASI adalah yang terbaik, lalu dia melanjutkan pada detail makanan tambahan yang akan dibutuhkan untuk bayi yang masih menyusui ... perawat itu menyiratkan bahwa adalah mungkin saja untuk memulai menyusi bayi dengan susu berlisensi dari awal kelahiran, karena itu akan menghindari masalah yang tidak diinginkan."
War on Want mengatakan hal ini merusak rasa percaya diri wanita untuk menyusui
Bermain kedalam ketakutan para wanita akan gizi buruk dan mencelakai bayi mereka adalah "Trik yang meyakinkan" kata War on Want. Ketika para wanita merasa takut, sakit atau sedih, susu mereka akan mengering sebagai hasilnya.
"Refleks aliran, yang mengontrol aliran susu ke puting ibu adalah mekanisme saraf," tulis naskah tersebut. "Entah bagaimana seorang ibu bisa memutuskan bahwa susu botol lebih dibutuhkan daripada susu yang ia miliki ... beberapa ibu mungkin bahkan menjadi begitu khawatir bahwa mereka tidak memiliki ASI yang cukup."
Rumah sakit juga dituding mendorong ibu-ibu
Hal ini terjadi dalam dua hal, kata New Internationalist: Dalam pertukaran untuk pendsitribusian "Paket gratis", rumah sakit menerima susu dan botol secara gratis.
"Yang paling berbahaya adalah layanan arsitektur gratis untuk rumah sakit yang sedang membangun atau merenovasi fasilitas untuk perawatan bayi," kata para penulis.
Di luar itu, penulis mengatakan "Tak terhitung berapa juta dolar yang dihabiskan perusahaan susu bayi untuk mensubsidi perabotan kantor, proyek penelitian, hadiah, konferensi, publikasi dan perjalanan wisata dari profesi medis."
Sementara itu di negara miskin, wanita mencoba berhemat dengan mengencerkan susu
Susu harus dicampur dengan air, tetapi para ibu di negara miskin tidak mengerti bahwa mengencerkan susu, terutama dengan air yang terkontaminasi dapat "mencegah anak dari menyerap nutrisi dalam makanan dan menyebabkan kekurangan gizi," kata War on Want.
Sebuah artikel New York Times menuliskan, pendapatan satu keluarga Jamaika ini "rata-rata hanya $7 minggu," membuat sang ibu untuk mengencerkan susu dengan air yang jumlahnya tiga kali lebih banyak dari yang disarankan sehingga ia bisa memberi makan dua anak. Akibatnya?
Jutaan bayi meninggal karena kekurangan gizi
"Hasilnya dapat dilihat di klinik dan rumah sakit, daerah kumuh dan pekuburan negara miskin," kata War on Want. "Segala sesuatu menghilang dari tubuh anak-anak hingga yang tersisa hanyalah kepala besar bertubuh kurus kering seperti manula."
Di majalah Times, petugas United States Agency for International Development, Dr. Stephen Joseph, menyalahkan ketergantungan pada susu bayi untuk satu juta kematian bayi setiap tahun melalui gizi buruk dan penyakit diare.
Hal ini juga menghambat pertumbuhan bayi pada umumnya, kata War on Want. Mengutip "Hubungan yang kompleks muncul antara menyusui dan perkembangan emosional dan fisik," menurut kelompok tersebut, anak-anak yang diberikan ASI mampu berjalan "secara signifikan lebih baik" dan emosionalnya lebih maju.
Nestlé menggugat penerbit War On Want karena pencemaran nama baik pada tahun 1974.
Nestlé menggugat seorang penerjemah jerman atas ekspos War on Want , yang diterbitkan di Swedia dengan judul, "Nestlé Membunuh Bayi."
Nestlé memenangkan gugatan pada tahun 1976, ujar Baby Milk Action, tetapi dengan peringatan: Hakim mendesak mereka untuk "mengubah metode publisitas fundamental." Majalah Time menyatakan ini "kemenangan moral" bagi konsumen.
Publisitas buruk memicu boikot global Nestlé.
Infant Formula Action Coalition meluncurkan boikot di AS memprotes Nestlé. Segera menyebar ke Perancis, Finlandia dan Norwegia dan negara-negara lain yang tak terhitung jumlahnya.
"Saya ingat ibu saya bercerita tentang ini dan pada tahun 1980, ia menolak untuk membeli permen karena kita mendengar begitu banyak anak-anak mati dalam berita," kata Harrigan.
Boikot dihentikan pada tahun 1984, namun muncul kembali di akhir 1980-an ketika Irlandia, Australia, Meksiko, Swedia dan Inggris mengadopsinya.
Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI dibuat pada tahun 1981.
Pada tahun 1978, Senator Edward Kennedy mengadakan serangkaian Jajak Pendapat senat AS pada praktik pemasaran industri yang tidak etis. Pertemuan internasional dengan WHO, Unicef dan diikuti The International Baby Food Action Network.
Pada 1981, World Health Assemblyhad ke-34 mengadopsi Resolusi WHA34.22, yang meliputi Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI.
kode menjelaskan bagaimana formula bayi harus dipromosikan di seluruh dunia. Diantaranya, kode menyatakan bahwa perusahaan makanan bayi tidak boleh:
- Mempromosikan produk di rumah sakit, toko-toko umum (Bukan toko khusus)
- Memberikan sampel gratis kepada ibu-ibu
- Memberikan hadiah kepada petugas kesehatan atau para ibu
- Memberikan informasi yang menyesatkan
"Yang terpenting menjelaskan akibat penggunaan produk," kata Harrigan.
Kelompok sosial mengatakan perusahaan makanan bayi masih belum patuh
Hingga saat ini, Nestlé diteliti oleh warga dan LSM di seluruh dunia. Publikasi seperti IBFAN "Melanggar Aturan, Melonggarkan Aturan," pelanggaran mulai dari menampilkan poster-poster yang menunjukkan bayi yang sehat sedang meminum susu botol di kamar rumah sakit hingga memberikan kepada dokter hal-hal yang dapat mempromosikan produk.
Tapi apakah negara-negara mematuhi kode tersebut sangat sulit untuk dilacak, kata Harrigan. "Kode mungkin menjadi hukum di beberapa tempat, tetapi seringkali penegakan lemah. Langkah berikutnya akan memutuskan apakah kode tersebut adalah hukum dan bagaimana menerapkannya dengan cara sistematis."
Hingga saat ini, ASI dan susu buatan tetap menjadi topik hangat.
Walikota New York, Michael Bloomberg pernah meluncurkan Latch On, yaitu sebuah usaha untuk menyingkirkan susu botol dari rumahsakit di New York.
"Dari apa yang saya tahu, hal itu menggunakan banyak ketentuan dalam kode," ujar Harrigan.