|
Credit: Rainer Maiores |
Tidak hanya orok yang dikubur hidup-hidup jika sang ibu meninggal dalam proses persalinan, bayi yang masih menyusui pun akan sulit sekali menghindar dari tradisi dọ-tơm-amí dan akan ikut dikubur juga apabila sang ibu meninggal! Tradisi primitif ini masih ditemukan di daerah Tây Nguyên - Vietnam.
Tây Nguyên adalah kampung halaman dari beberapa kelompok etnik, akan tetapi tradisi primitif dọ-tơm-amí masih sering terjadi pada orang-orang Bana dan Jrai, dua kelompok etnik yang mengklaim diri mereka menghargai kehidupan, baik itu manusia maupun hewan.
Dari masa ke masa, para sesepuh Bana dan Jrai selalu memperingatkan kepada anak dan cucunya yang gemar berburu agar tidak membunuh hewan yang sedang hamil, karena hal tersebut merupakan tindakan yang kejam. Siapapun yang tidak mengindahkan larangan sesepuh dan membunuh hewan yang sedang hamil akan mendapatkan hukuman berat, namun anehnya tradisi
dọ-tơm-amí sangat kejam dan bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
Orang-orang Bana dan Jrai sangat bersahabat, mereka tidak memiliki prasangka buruk terhadap orang yang tidak mereka kenal, bahkan mereka akan mengundang untuk makan dan minum lalu menjamu dengan hiburan lokal, mereka juga sangat menghormati sesepuh dan sangat mencintai anak-anak terutama yang masih menyusui.
Seorang wanita Jrai bernama Ro-Cham Luih menjelaskan, anak-anak yang masih menyusui mendapatkan perhatian lebih dikarenakan mereka masih sangat lemah untuk melindungi diri dari bahaya hewan liar dan penyakit.
Bagi sesepuh di distrik Kong Choro, provinsi Gia Lai, melahirkan memiliki makna khusus bagi orang-orang Bana dan Jrai, kepercayaan ini telah diwariskan secara turun-temurun. Menurut mereka semakin banyak anak, akan semakin baik karena akan semakin banyak tenaga untuk membantu pekerjaan.
Seorang warga bana yang bernama Bok Nham mengatakan bahwa pasangan yang tidak subur akan gelisah karena berpikiran tidak akan ada yang merawat mereka di masa tua. "Ada kepercayaan di beberapa desa bahwa dengan adanya banyak anak-anak maka desa akan semakin ramai dan kuat." ujarnya.
Karena itu memiliki dan mendidik anak dianggap penting bagi wanita Bana dan Jrai. Selama kehamilan ada serangkaian ritual untuk mendoakan kesehatan bayi yang ada dalam kandungan, yaitu ritual pemijatan perut dan do'a jika kehamilan memasuki bulan ke-3, lalu 3 bulan kemudian diadakan ritual dan do'a untuk memohon kemudahan dalam proses melahirkan.
Aborsi adalah perbuatan yang sangat terlarang dan dikecam dengan keras, siapapun yang ketahuan melakukan aborsi akan mendapatkan denda yang disebut dengan "Biaya kemalasan," wanita yang melakukan aborsi akan di cap buruk sebagai wanita kejam, dihina dan direndahkan oleh penduduk desa, namun kenapa ada tradisi kejam mengubur bayi jika ibu mereka meninggal?
Sekitar 10 Km dari pusat kota Kon Tum ada beberapa desa, disana akan gampang sekali dijumpai orang-orang Bana dan Xedang. Di desa Kon JoDri jika anda bertanya mengenai tradisi
dọ-tơm-amí pada para wanita, mereka akan memperlihatkan ekspresi ketakutan.
Ibu dari 5 orang anak bernama Y Pla membenarkan bahwa tradisi tersebut memang ada dan seorang ibu dari desa Kon Klor bernama Y M 'Lang menegaskan "Jika sang ibu meninggal pada saat melahirkan maka sang orok akan ikut dibawa bersama ibu ke hutan hantu, jika sang ibu meninggal maka sang orok harus ikut meninggal bersama ibunya."
Para sesepuh Bana dan Jrai yang ditanyakan mengenai kapan tradisi ini bermula hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, yang mereka tahu tradisi ini sudah ada sebelum mereka lahir.
Keadaan akan menjadi sulit bagi seorang suami yang kehilangan istri yang dicintainya, dan akan menjadi lebih sulit jika harus menerima kenyataan bahwa anaknya yang baru lahir akan dikubur bersama istrinya yang meninggal, akan tetapi tradisi ini memaksa, kebanyakan suami yang kehilangan istri pada proses persalinan akan membiarkan anaknya dikuburkan hidup-hidup.
Y M 'Lang menambahkan lagi, tidak hanya bayi yang ibunya meninggal pada proses persalinan akan menemui kematian, bayi yang masih menyusui pun, jika ibunya meninggal akan sulit lepas dari
dọ-tơm-amí, masing-masing desa pun memiliki kebiasaan berbeda, ada yang dikubur hidup-hidup, ada juga yang ditinggalkan begitu saja di hutan hantu.
Para sesepuh yang menyaksikan atau terlibat dalam tradisi ini hanya menjelaskan bahwa kehidupan mereka yang terpencil, kasar, diliputi kemiskinan, dan belantara akan menjadi tempat yang sangat kejam bagi bayi yang kehilangan ibunya, tanpa susu mereka akan kelaparan, oleh karena itu tradisi
dọ-tơm-amí akan membantu anak pergi ke dunia hantu dimana dia akan dirawat dengan baik oleh ibunya.
Tradisi
dọ-tơm-amí akan sulit sekali diterima oleh masyarakat beradab, bahkan akan dikutuk dan dicela, selama bertahun-tahun banyak anak yang tidak berdosa telah menjadi korban tradisi yang tidak diketahui asal-usulnya ini, meskipun para sesepuh mengatakan bahwa tradisi ini sudah lama ditinggalkan, namun dari keterangan dari beberapa orang, kemungkinan di beberapa tempat masih terjadi praktek ini. Sangat biadab jika di masa sekarang praktik seperti ini masih dilakukan.