2016-12-26

Mitologi Penemuan Api Oleh Masyarakat Yunani





















Orang Yunani kuno mempercayai bahwa bumi di mana kita hidup ini, dulunya hanyalah tumpukan materi, di mana tanah dan air dan udara bercampur - baur. Tidak ada cahaya atau kehidupan di mana-man kecuali di antara para dewa di surga.

Akhirnya para dewa sepakat untuk membentuk tumpukan ini. Mereka pisahkan udara dari bumi dan air. Udara yang ringan terbang, dan membentuk langit. Bumi yang berat tenggelam, tapi air yang mengalir di sekitar mengangkatnya, sehingga bumi tidak tenggelam seluruhnya.

Kemudian dewa memberi bentuk kepada bumi. Mereka mengangkat pegunungan, menyisakan lembah. menggali jalan untuk sungai, menetapkan pulau di laut, mereka membuat dunia terlihat sebagaimana yang kita lihat sekarang.

Mereka juga menghiasi bumi dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang memberikan cahaya. Menutupi Gunung-gunung dengan pepohonan , menumbuhkan bunga dan rumput. mengisi ikan di laut, melepaskan burung-burung yang beterbangan di udara, dan hewan di daratan.

Semua makhluk hidup ini dibuat oleh dua Titan. Nama mereka Prometheus dan Epimetheus. Mereka juga menciptakan manusia, lebih mulia daripada binatang, karena ia berjalan tegak dan mendongak ke surga, sementara makhluk lain berjalan di atas empat kaki dan melihat ke tanah.

Epimetheus yang membuat semua itu, dan Prometheus yang mengawasinya. Hewan-hewan mendapatkan karunia yang berbeda. Lembu sangat kuat, kuda bisa berlari cepat, burung hantu bijaksana, rubah licik, elang memiliki sayap, singa dan beruang memiliki gigi dan cakar untuk melawan, ular memiliki racun untuk membunuh korban atau musuh-musuhnya

Binatang diberikan bulu agar mereka tetap hangat. Bahkan tiram dan kerang di berikan cangkang agar mereka bisa menutup diri dengan ketat untuk perlindungan. Namun manusia tidak memiliki sayap, bulu, cangkang dan pelindung apapun.

Meskipun manusia mahluk paling mulia dari semua makhluk yang ada, namun ia paling lemah dan paling tak berdaya, dan di saat manusia datang untuk meminta karunia atau pemberian, tidak ada satupun yang tersisa.

Dua bersaudara Titan berdiri dan saling memandang. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" kata Epimetheus. "Semuanya telah diberikan."

"Masih adakah yang tersisa?" kata Prometheus.

"Tidak ada, sama sekali," jawab kakaknya.

Mereka melihat ke sekeliling, tapi tidak ada bantuan apapun yang datang. Kemudian mereka pun menatap matahari yang bersinar.

"Oh, aku tahu!" kata Prometheus. "Tunggu aku di sini."

"Ke mana kau akan pergi?" tanya saudaranya.

"Kau akan tahu di saat aku kembali," jawab Prometheus.

Lalu ia mendaki ke puncak gunung tertinggi, dimana ia bertemu Athena (dewi kebijaksanaan) yang membantunya naik ke langit . Di puncak gunung dia mematahkan cabang pohon pinus, yang terus di genggamnya selama perjalanan ke langit.

Saat matahari datang dengan kereta yang berapi, Prometheus menyentuhkan cabang pinus ke roda yang terbakar. Seketika cabang itupun terbakar dengan kobaran api yang menyala-nyala. Prometheus bergegas kembali dan berlari menuruni gunung. Sepanjang jalan ia menjaga cabang tetap terbakar.

Ketika sampai, ia berkata kepada Epimetheus, "Cepat! tumpukan cabang-cabang pohon ini aku membawa api dari langit, yang akan menjadi salah satu hadiah terbaik untuk manusia. Dengan ini ia pasti bisa menaklukkan semua makhluk lain dan menjadi pemimpin darat, laut dan udara. "

Epimetheus berlari mengumpulkan cabang dan menumpuknya. Prometheus melemparkan ranting yang masih berkobar ke tumpukan itu. Ranting-ranting itu pun terbakar, dan segera ada terang, keceriaan menderu.

Dua Titan itu pun memanggil manusia, dan berkata, "Kemarilah, hangatkan tubuhmu", karena malam telah datang dan udara semakin dingin, Pria itu mengulurkan tangannya ke arah api lalu tertawa, "Ini bukan mainan" kata Titan, "Kau harus menjadikannya sebagai hambamu, dan berhati-hatilah, jangan pernah membiarkan hal itu menjadi tuanmu. Gunakan dengan benar, dan itu akan membuat engkau menjadi raja atas segala sesuatu di dunia. "

Manusia itu sangat senang, dan menjaga api terus menyala. Ketika musim dingin datang, dia tidak harus melakukan perjalanan ke selatan, seperti burung, atau pergi tidur di pohon berlubang, seperti beruang. Dia membuat api di gubuknya, dan nyaman di sana. Segera ia belajar untuk memasak makanan, karena makanan yang matang terasa lebih sedap daripada makanan mentah.

Ia menemukan bebatuan yang dapat meleleh, dan bebijian yang kita sebut biji timah – biji seng, biji tembaga, biji emas, biji perak. Lalu melelehkan emas dan perak, dengan palu batu ia menempa cincin, gelang dan anting-anting untuk dikenakannya.

Dia mencairkan tembaga dan seng bersama-sama dan membuat perunggu. Dibuatnya potongan yang tajam dan runcing lalu diikat pada tongkat panjang, menjadi tombak. Dengan itu ia bisa melawan singa dan beruang, menjaganya jauh dari jangkauan cakar binatang buas.

Dengan tombak ini ia juga bisa menangkap ikan. Setelah itu ia membuat kait perunggu untuk memancing. Dia belajar menggunakan busur, dan panah berujung perunggu. Hingga dia bisa memanah burung yang terbang, atau berburu rusa. Dia membuat kapak untuk menebang pohon, dan mata bajak untuk mengolah tanah. Dengan demikian ia memiliki alat yang jauh lebih baik dari setiap jenis batu yang digunakan pada awalnya.

Butuh waktu yang lama bagi manusia menemukan cara untuk mencairkan dan membentuk besi yang lebih baik dan lebih berguna daripada perunggu. Jadi api dari langit memberikan manusia penguasaan atas alam, dan membuat mereka menjadi penguasa bumi.

0 comments:

Post a Comment